Rabu, 10 Maret 2010

Perkembangan Ekonomi Mikro

Posisi daya saing Indonesia terus merosot. Hasil rating yang dilakukan oleh World Economic Forum menunjukkan penurunan posisi Indonesia dari nomor 49 pada tahun 2003 menjadi posisi ke-54 pada tahun 2007.Berdasarkan hasil penilaian Jepang atas daya tarik investasi di Indonesia juga makin melorot yakni turun dari posisi ke-6 menjadi posisi ke-9. Indikator yang biasa digunakan dalam menetapkan daya tarik dan daya saing ialah faktor-faktor ekonomi mikro. Kenaikan produksi suatu perekonomian itu sendiri ialah pertambahan output masing-masing unit, perusahaan atau pelaku ekonomi yang dikenal sebagai indikator mikro. Unit-unit mikro menjadi perekonomian secara keseluruhan atau disebut ekonomi makro.


Perekonomian suatu negara hanya akan stabil dan tumbuh apabila terdapat koordinasi yang baik antara mikro dan makro. Sebagai contoh sederhana dapat diperhatikan kenaikan harga minyak mentah dunia yang membuat harga BBM dalam negeri ikut melonjak. Kenaikan harga minyak dan BBM ialah sisi ekonomi mikro. Sementara pengaruh kenaikan harga minyak yang telah mendorong kenaikan harga-harga secara umum atau inflasi merupakan sisi ekonomi makro.


Subsidi BBM yang diberikan pemerintah melalui Pertamina dilakukan dengan menyediakan anggarannya dalam APBN. Penyediaan anggaran subsidi pada hakikatnya ialah kebijakan makro dengan sasaran untuk membantu pelaku ekonomi (mikro) yang diharapkan dapat menekan kenaikan harga-harga atau inflasi (makro). Contoh dan penjelasan tersebut menunjukkan betapa pentingnya koordinasi kebijakan makro dan mikro. Daya saing ekonomi Indonesia yang lemah antara lain karena pada tataran mikro banyak masalah yang dihadapi pengusaha. Misalnya birokrasi yang rumit dan mahal ongkosnya. Para pengusaha sendiri kurang kemampuan dalam berkompetisi karena mereka dibentuk oleh pendidikan dan lingkungan yang tidak mengembangkan kompetensi dalam persaingan pasar.
Jaringan bisnis terbatas karena tidak terbiasa hidup dalam akses yang luas. Sistem tata kelola dan nilai-nilai yang dikembangkan oleh pemerintah tidak mengapresiasi pengusaha sebagaimana lazimnya di negara lain. Ketidaksimetrisan kebijakan ekonomi makro dan mikro membuat perkembangan ekonomi nasional belum juga menemukan akselerasi yang berkelanjutan. Sementara pada level persaingan internasional negara-negara mitra mengalami perkembangan yang pesat. Negara lain makin maju ke depan, Indonesia masih disibuki masalah jangka pendek seperti penyediaan anggaran untuk menambah subsidi pangan dan bahan bakar.
Untuk mengatasi masalah ketidaksimetrisan makro dna mikro dimaksud harus dilakukan upaya yang bersifat menyeluruh. Dalam kalimat yang sederhana rumusannya ialah: Pemerintah harus dengan sungguh-sungguh melaksanakan fungsinya yang klasik. Para menteri hendaknya tidak lagi banyak berwacana seperti halnya pengamat dan politisi.


Namun, Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan, tahun 2007 menjadi penanda tahun kebangkitan ekonomi mikro karena hambatan utama dalam pengembangan ekonomi mikro di tanah air telah ada jalan keluarnya. Tahun 2007 hambatan utama dalam perkembangan ekonomi mikro yaitu permodalan yang sudah mulai teratasi dalam skala yang besar.


Pemerintah telah membuka lebar jalan keluar penghambat perkembangan ekonomi mikro melalui sejumlah program. Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pemerintah telah membuka lebar jalan keluar penghambat perkembangan ekonomi mikro melalui sejumlah program. Ada tiga jalan yang sudah diterapkan untuk mengembangkan ekonomi mikro di tanah air di antaranya pengembangan lembaga keuangan mikro yang sudah berjalan saat ini. KUR ini memberi fasilitas dan kemudahan kepada koperasi dan UKM untuk mengakses kredit dengan jaminan pemerintah. Tahun 2007 juga diberlakukan program haircuth hingga Rp17,9 triliun yang melibatkan 1.040.000 UMKM di seluruh tanah air. Beberapa jalan yang sudah terbuka lebar itu merupakan peluang bagi UMKM untuk bangkit.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates