Selasa, 25 Mei 2010
Judul : Roman Picisan
Sutradara : Rako Prijanto
Pemain : Tora Sudiro, Artika Sari Devi, Alex Abbad, Ririn Ekawati, Nungky Kusumastuti
Cinta bisa tumbuh disembarang tempat, ruang, dan waktu. Genre cinta itu selalu abadi. Dalam film produksi MD Pictures Roman Picisan, cinta dibalut dengan aroma komedi. Kekuatan komedi sepenuhnya karena aktingnya Tora Sudiro yang konyol dan slengean. itulah nilai jual film Roman Picisan. Sebagaiman akting Tora Sudiro dalam film Preman In Love (2009), D'Bijis (2007), Naga Bonar Jadi 2 (2007), Quickie Express (2007), dan Otomatis Romantis (2008) dalam film Roman Picisan pun berlakon sama. StreotipTora sebagai bintang film konyol, menjadikan film ini bernuansa komedi. Bila bukan Tora yang berlakon, agaknya film ini menjadi film drama percintaan.
Persoalan yang divisualisasikan oleh sang sutradara dari skenario Raditya Mangunsong tidak berbelit-belit. Tentang dua pasang pemuda yang sedang berlibur di Bali. Dalam liburan itu, Widya danTomtom akan menikah.Entah apa persoalannya, membuat kedua sahabat Canting dan Raga itu tak jadi menikah. Padahal pendeta sudah siap menikahkan keduanya, namun mempelai pria tak kunjung datang. Maka pernikahan pun jadi bubar. Lucunya, cerita bukan kisah asmara Widya dan Tomtom, sepanjang durasi lebih bercerita tentang asmara Canting dan Raga. Penulis cerita begitu kejam, 30 menit kedepannya, sosok Widya dan Tomtom yang didapuk sebagai tokoh penting saat opening film, raib begitu saja tanpa penjelasan. Rako kurang teliti dalam membikin film dramatik dan konflik. Faktor anggaran dan waktu yang pendek dalam produksi, membuat sutradara terburu-buru dalam menggarap film.
Bila saja sutradara punya waktu luang saat syuting, adegan romantis akan jauh lebih romantis lagi. Tidak hanya ada adegan hujan yang turun seketika, bisa jadi adegan yang memanjakan mata akan muncul dalam proses kreatifnya. Meski begitu film ini mampu membuat fans Tora Sudiri akan tertawa di bioskop. Tora mamapu membangun suasana komedi tidak ahanya di TV saja tapi juga dalam film. Inilah kelebihan Tora dari bintang film nasional lainnya. TOra pun mengakui hal itu, bahwa dirinya bisa membangun suasana drama menjadi msuasana segar. Campur tangan Tora dalam film ini terasa kental.
Film ini meski memiliki kelemahan, namun banyak yang bisa dinikmati. Kamera banyak menangkap sisi Bali yang indah. Memanjakan mata, segar, dan menawan. Tapi Bali divisualisasikan hanya sebagai perjalanan liburan semata. Pelakunya tak bersentuhan dengan budaya setempat. Cerita berakhir happy ending . Bagi penonton remaja, film ini cukup memanjakan. Tak salah kalau MD Pictures memilih genre komedi romantis yang tidak terlalu berat bagi penonton.
Sumber_Pos Kota_
Sutradara : Rako Prijanto
Pemain : Tora Sudiro, Artika Sari Devi, Alex Abbad, Ririn Ekawati, Nungky Kusumastuti
Cinta bisa tumbuh disembarang tempat, ruang, dan waktu. Genre cinta itu selalu abadi. Dalam film produksi MD Pictures Roman Picisan, cinta dibalut dengan aroma komedi. Kekuatan komedi sepenuhnya karena aktingnya Tora Sudiro yang konyol dan slengean. itulah nilai jual film Roman Picisan. Sebagaiman akting Tora Sudiro dalam film Preman In Love (2009), D'Bijis (2007), Naga Bonar Jadi 2 (2007), Quickie Express (2007), dan Otomatis Romantis (2008) dalam film Roman Picisan pun berlakon sama. StreotipTora sebagai bintang film konyol, menjadikan film ini bernuansa komedi. Bila bukan Tora yang berlakon, agaknya film ini menjadi film drama percintaan.
Persoalan yang divisualisasikan oleh sang sutradara dari skenario Raditya Mangunsong tidak berbelit-belit. Tentang dua pasang pemuda yang sedang berlibur di Bali. Dalam liburan itu, Widya danTomtom akan menikah.Entah apa persoalannya, membuat kedua sahabat Canting dan Raga itu tak jadi menikah. Padahal pendeta sudah siap menikahkan keduanya, namun mempelai pria tak kunjung datang. Maka pernikahan pun jadi bubar. Lucunya, cerita bukan kisah asmara Widya dan Tomtom, sepanjang durasi lebih bercerita tentang asmara Canting dan Raga. Penulis cerita begitu kejam, 30 menit kedepannya, sosok Widya dan Tomtom yang didapuk sebagai tokoh penting saat opening film, raib begitu saja tanpa penjelasan. Rako kurang teliti dalam membikin film dramatik dan konflik. Faktor anggaran dan waktu yang pendek dalam produksi, membuat sutradara terburu-buru dalam menggarap film.
Bila saja sutradara punya waktu luang saat syuting, adegan romantis akan jauh lebih romantis lagi. Tidak hanya ada adegan hujan yang turun seketika, bisa jadi adegan yang memanjakan mata akan muncul dalam proses kreatifnya. Meski begitu film ini mampu membuat fans Tora Sudiri akan tertawa di bioskop. Tora mamapu membangun suasana komedi tidak ahanya di TV saja tapi juga dalam film. Inilah kelebihan Tora dari bintang film nasional lainnya. TOra pun mengakui hal itu, bahwa dirinya bisa membangun suasana drama menjadi msuasana segar. Campur tangan Tora dalam film ini terasa kental.
Film ini meski memiliki kelemahan, namun banyak yang bisa dinikmati. Kamera banyak menangkap sisi Bali yang indah. Memanjakan mata, segar, dan menawan. Tapi Bali divisualisasikan hanya sebagai perjalanan liburan semata. Pelakunya tak bersentuhan dengan budaya setempat. Cerita berakhir happy ending . Bagi penonton remaja, film ini cukup memanjakan. Tak salah kalau MD Pictures memilih genre komedi romantis yang tidak terlalu berat bagi penonton.
Sumber_Pos Kota_
Label: RESENSI FILM
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar